Arsip

Archive for Juni, 2014

Lenovo Yoga Tablet HD+ yang layak dimiliki.

image

Berdasarkan GSM Arena, tablet Lenovo Yoga HD+ 10 in memiliki spesifikasi sbb. : resolusi layar 1920 x 1200 pixel, prosesor : Quad-core 1.6 GHz Snapdragon 400, RAM 2GB dan Keyboard dock, yang juga berfungsi untuk menutup layar (optional).

Mengapa saya menilai Tablet itu layak untuk dimiliki ? Berikut review saya.

1. Design

Tidak seperti tablet lain, tanpa perlu tambahan alat bantu yang biasanya adalah cover, Lenovo Yoga sudah menyediakan keping tonjolan yang berfungsi sebagai penyangga.

image

Adanya keping tonjolan itu, memudahkan pengguna untuk membaca tablet dalam mode rebah maupun berdiri.

image

Adanya penutup layar tablet yang ternyata adalah keyboard wireless, semakin mempermudah penggunaan tablet. Pengetikan di layar tablet juga akan lebih longgar dan lega.

image

2. Spesifikasi hardware

Khusus untuk spesifikasi ini, saya hanya menyoroti RAM 2 GB yang merupakan upgrade dari Lenovo Yoga sebelumnya yang hanya 1 GB.

Pengalaman saya memiliki phablet Samsung Galaxy  Note 2 yang memiliki RAM 2 GB, tidak ada sama sekali lag. Sapuan dan penggunaan aplikasi sangat lancar. Hal berbeda saya rasakan pada netbook dan handset Lenovo P770 milik istri yang memiliki RAM hanya 1 GB, masih sangat terasa adanya lag, apalagi jika terlalu banyak aplikasi yang terbuka.

Lenovo Yoga Tablet HD+ yang memiliki RAM 2 GB diyakini akan sangat lancar dalam sapuan dan penggunaannya.

Satu hal lagi yang menjadi nilai plus adalah kapasitas battery sebesar 9.000 mAh yang mampu digunakan selama 18 jam.

Hanya sayangnya, hingga akhir bulan Agustus 2014, tablet ini belum ada di Indonesia namun sudah dijual secara on line.

Posted from WordPress for Android

Kategori:Android

Evolusi Hardware Perangkat Komputer dan Mobile

Saya mengenal komputer pada saat kuliah di Teknik Kimia tahun 1987-1988. Saat itu komputer juga masih dalam tahap awal pengembangan, namun perubahannya sangat cepat. Di laboratorium komputer kampus, komputer terbaik yang tersedia adalah dengan prosesor Intel 286 dengan speed prosessor hanya 16 MHz dan RAM yang hanya 16 MB.

Mungkin Anda heran, kenapa di Teknik Kimia justru ada banyak komputer ? Sayapun awalnya juga heran. Namun keheranan saya hilang, karena ternyata penyelesaian perhitungan persamaan diferensial yang muncul dari proses fisika dan kimia dapat dengan mudah diselesaikan secara numerik dengan bantuan kamputer. Setidaknya, di Teknik Kimia, komputer berfungsi sesuai namanya : computer = alat hitung.

Aplikasi yang banyak dipergunakan di Teknik Kimia juga bukan Microsoft Office, tetapi bahasa pemrograman seperti BASIC, Pascal dan Fortran.

Saat itu, operating system juga masih berupa text mode menggunakan DOS, belum ada yang menggunakan grafis seperti saat ini.

Dengan kondisi hardware yang sangat terbatas itu, perhitungan menggunakan komputer juga menjadi sangat menggelikan jika dibandingkan sekarang. Perhitungan rancangan reaktor kimia yang saya lakukan perlu waktu sekitar 15 menit untuk menyelesaikannya. Hal yang saat ini bisa dilakukan dalam waktu 0,5 detik saja.

Dosen saya bahkan bercerita, perhitungan termodinamika yang dilakukannya harus dilakukan lebih dari 12 jam, menggunakan super komputer di Amerika saat itu. Jika perhitungan itu dilakukan sekarang, mungkin hanya butuh waktu 5 menit sudah selesai.

Namun demikian, perubahan hardware komputer sepertinya juga ada titik jenuhnya. Saat kecepatan prossesor sudah lebih dari 2 GHz dan RAM sudah lebih dari 2 GB, sepertinya sudah tidak ada pengaruh signifikan terhadap perbedaan generasi komputer. Jika Anda memiliki komputer dengan spesifikasi seperti itu, sudah tidak perlu upgrade lagi.

Perbedaan dan pengaruh perubahan saat ini bergeser kepada perangkat yang lebih mobile. Perangkat mobile Phablet Galaxy Note 2 yang saat ini saya pegang, prosesor 1,2 GHz dan RAM 2 GB, lebih hebat dari netbook saya. Saya juga merasakan, dengan spesifikasi seperti itu, performa perangkat sudah sangat nyaman, tidak ada lag atau permasalahan lain.

Artinya apa ? Jika perangkat mobile sudah pada batas speed prosessor 2 GHz dan RAM 2 GB, evolusi perangkat mobile juga akan berada pada titik jenuh. Sudah tidak akan ada lagi perubahan dan perbedaan signifikan.

Oleh karena itu, setiap ada perangkat mobile / HP baru yang ditawarkan vendor pemegang merk, saya sudah tidak terlalu memperhatikan kecepatan prosesornya, tetapi justru pada RAM dan ketahanan baterai.

Mengapa? Karena masalah terbesar dari perangkat mobile saat ini adalah borosnya baterai akibat beragamnya fungsi yang bisa dilakukan oleh handset selain telepon dan SMS : Facebook, BBM, WA, belanja, Banking, membaca portal berita, dll.

Di bagian akhir tulisan ini, saya menyampaikan 2 hal :

1. Anda atau saya sendiri tidak perlu lagi membeli perangkat baru, jika perangkat Anda sudah memiliki speed sekitar 2 GHz dan RAM 2 GB.

2. Pertarungan spesifikasi hardware perangkat mobile akan segera berhenti. Vendor perangkat saat ini sedang mencari perangkat baru untuk dijual, seperti wearable : smart watch dan kaca mata pintar. Disamping itu akan berupaya mengintegrasikan beberapa perangkat : TV, kulkas, mobil, AC, pintu rumah dll dengan operating system saat ini : Android.

Posted from WordPress for Android

Kategori:Pengalaman

Pilpres 2014 : Antara Rasional dan Emosional.

Memperhatikan beberapa berita terkait Pilpres akhir-akhir ini, ada beberapa hal menarik yang bisa dijadikan bahan instropeksi tim sukses dan pendukung Jokowi.

Ada hal yang sangat kontras terjadi dari 2 peristiwa pertemuan Prabowo dan Jokowi di muka umum. Sangat kontras karena perbedaan antara keduanya begitu terasa. Bukan beda tipis yang bisa diabaikan.

Yang pertama adalah pidato 3 menit saat pemilihan nomor urut. Harus diakui bahwa pada saat itu, pidato Prabowo jauh lebih bermutu dibandingkan Jokowi.

http://m.kompasiana.com/post/read/659070/2/pidato-3-menit-capres-di-kpu-ungkap-segalanya.html

Yang kedua saat deklarasi Pilpres damai di KPU. Gestur tubuh dan mimik Jokowi sangat kelihatan adanya kegugupan yang luar biasa. Padahal kita tahu, Jokowi sudah berpengalaman dalam Pilkada Jakarta yang sangat ketat. Mestinya hal itu tidak terjadi.

http://m.detik.com/news/pemilu2014/read/2014/06/04/064013/2599042/1562/1/begini-momen-kakunya-jokowi-saat-acara-deklarasi-kampanye-damai

Kemunculan di publik yang sangat mengecewakan tersebut seharusnya benar-benar menjadi bahan instropeksi team sukses Jokowi. Sehebat apapun menangkis kekurangan Jokowi itu, publik akan memberikan penilaian yang sama : Jokowi belum kompeten.

Hal itu semakin mengkhawatirkan, karena dalam agenda KPU akan ada sesi yang hanya akan mempertemukan debat antar Capres, tidak didampingi Cawapres. Belum berdebat, hanya pidato dan tampil di depan umum saja Jokowi sudah sangat tegang. Bagaimana nanti saat berdebat di hadapan tim ahli ?

Meskipun dari berbagai survei elektabilitas, Jokowi masih lebih unggul dibandingkan dengan Prabowo, namun publik yang belum menentukan pilihan sangat signifikan.
——————————————–
“Jokowi-Jusuf Kalla meraih 35,42 persen dan Prabowo Subianto – Hatta 22,75 persen,” kata Ardian dalam paparan hasil survei LSI.

Meski selisihnya jauh, dalam survei itu juga diketahui bahwa masih banyak masyarakat atau responden yang menjawab tidak tahu, yakni 41,83 persen. “Jadi, sebanyak 41,83 persen masyarakat belum menentukan pilihan,” kata Ardian.

http://m.jpnn.com/news.php?id=235513
———————————————
Ingat. Publik saat ini sangat rasional. Pileg 2014 menunjukkan bagaimana publik secara rasional “menghukum” Demokrat  karena tokoh dan kadernya tersangkut korupsi. Suara Demokrat jatuh dari 20% menjadi 10%, bahkan tidak bisa mungusung Capres / Cawapres.

Ada contoh rasionalitas publik yang sangat menyesakkan bagi PDIP. Kekalahan AA Puspayoga yang diusung PDIP pada Pilgub Bali melawan incumben Mangku Pastika. PDIP sangat dominan di Bali, tetapi jagonya kalah saat Pilgub dengan perbedaan suara sangat tipis. Konon, salah satu penyebab kekalahan jago PDIP itu adalah ketidakmampuannya saat berdebat di TV !

Dengan angka 41% suara publik yang masih belum menentukan pilihan, maka apabila Jokowi tidak mampu meyakinkan publik saat debat Capres nanti, bisa saja peristiwa Pilgub Bali akan terulang kembali.

Hal lain yang juga harus menjadi perhatian team sukses Jokowi adalah ikatan emosional pemilih partai pendukung yang kurang solid dan cenderung terpecah.

Meskipun PKB secara resmi mendukung Jokowi, tetapi suara akar rumput warga NU sebagai basis suara tradisional PKB terbelah sangat terasa. Pengaruh Mahfud MD dan Rhoma Irama sebagai team sukses Prabowo, di warga NU diyakini jauh lebih kuat dibandingkan Muhaimin Iskandar. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Muhaimin hanya membawa gerbong kosong warga NU ke PDIP.

Demikian pula dukungan Hanura ke Jokowi. Sudah diketahui bahwa hal itu tidak diikuti oleh HT sebagai pasangan Cawapres Wiranto.

Merapatnya Dahlan Iskan sebenarnya merupakan angin segar bagi team sukses Jokowi. Hanya saja saya tahu dari diskusi di dalam internal pendukung Dahlan Iskan, hanya sekitar 20% yang mengikuti jejak Dahlan Iskan, sisanya kebanyakan ke Prabowo dan belum menentukan pilihan.

Dukungan Anies Baswedan kepada Jokowi memang memperkuat posisi Jokowi. Hanya saja, sejak awal pendukung Anies Baswedan kebanyakan adalah pendukung Jokowi yang sama-sama berasal dari UGM, sehingga tidak berpengaruh besar terhadap penambahan suara Jokowi.

Pertanyaaanya adalah, apa yang harus dilakukan team sukses Jokowi, jika seandainya penampilan Jokowi tidak memuaskan publik saat debat nanti ?

Gunakan Blue Ocean Strategy. Jangan menggunakan strategi yang sama. Cari strategi lain. Jika pada acara debat naga-naganya sulit untuk menang dan dirasa kurang bisa meraih simpati publik, cari cara lain untuk mendapatkan simpati publik.

Salah satunya adalah mengumumkan kabinet profesional bayangan. Itu juga sekaligus untuk menunjukkan keseriusan dan keinginan yang selama ini disampaikan di media. Itu juga lebih mudah dilakukan, karena partai pengusung lebih sedikit dibandingkan pengusung Prabowo.

Namun demikian, saya tetap berharap akan menyaksikan debat bermutu dan seimbang dari Capres. Karena saya akan memilih Capres yang memiliki kemampuan orasi yang mumpuni. Pengalaman saya selama bekerja. Ada korelasi positif dan sangat kuat antara kemampuan orasi dan kemampuan kinerja seorang Pemimpin.

Bagaimana pendapat Anda ?

Denpasar, 7 Juni 2014

Posted from WordPress for Android

Kategori:Pengalaman