Beranda > Pengalaman, Pensiun > Perencanaan Keuangan Rumah Tangga

Perencanaan Keuangan Rumah Tangga

Dengan membaca artikel ini, saya akan memberitahu suatu hal yang tidak pernah diajarkan di sekolah, lingkungan sosial bahkan dari keluarga kita, namun adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap keluarga. Karena setiap keluarga pasti akan dan harus melakukannya, yaitu : mengatur dan merencanakan keuangan rumah tangga yang efektif.

Ada berbagai macam cara dalam mengatur keuangan rumah tangga. Ada sistem tertutup, dimana istri tidak tahu berapa gaji, tabungan dan harta kekayaan suami. Atau sebaliknya semua gaji suami diberikan istri dan jatah uang suami yang menentukan adalah istri. Ada juga teman saya yang memberikan uang sekali dalam jumlah sangat besar untuk keperluan beberapa tahun. Mungkin ada juga yang seperti kisah saya di bawah ini : mengatur keuangan rumah tangga yang terbuka.

Saya mencoba untuk menyampaikan pengalaman bagaimana caranya membina kerukunan rumah tangga agar harmonis melalui pengaturan dan perencanaan keuangan rumah tangga yang efektif. Jika sejak awal ber-rumah tangga kita telah bisa melakukan perencanaan dan pengaturan keuangan yang baik, maka kita bisa berharap dapat menjalani bahtera rumah tangga dengan lebih baik pula. Saya ingin berbagi pengalaman bahwa keharmonisan rumah tangga tidak bisa datang dengan sendirinya, tetapi harus direncanakan dan diupayakan

Inilah pengalaman saya

Sebenarnya ini adalah kisah nyata dari pengalaman yang saya alami sendiri. Kisah ini saya awali dari saat saya menikah dengan istri tercinta yang saya pacari selama 9 tahun. Saat itu saya baru sekitar 2 tahun bekerja. Kondisi saya mungkin relatif tidak beruntung dibandingkan dengan pasangan baru yang lain. Saya harus berpisah dengan keluarga di Jogja, karena penempatan kerja di Denpasar. Hal tersebut mengharuskan saya untuk dapat mandiri dan tidak bisa berharap banyak “bantuan” dari kedua orang tua.

Mungkin sama dengan keluarga baru yang lain, saya mengawali pengaturan keuangan rumah tangga dengan cara asal-asalan. Istri tidak tahu berapa gaji maupun tabungan saya. Atau dapat dikatakan bahwa saya mempergunakan sistem keuangan rumah tangga yang tertutup. Saat itu saya hanya memberikan uang kepada istri dengan jumlah dan waktu yang tidak tertentu. Dengan pola pengaturan keuangan semacam itu, belakangan baru saya ketahui bahwa jangankan untuk membeli baju, untuk membeli bakso saja, istri tidak berani.

Terkadang memang saya bertanya apakah uang masih atau sudah habis dan secara diplomatis istri menjawab sesuai dengan kondisi yang ada. Mungkin karena masih pengantin baru, istri tidak berani untuk bertanya lebih jauh. Namun lama kelamaan didesak rasa ingin tahu dan mungkin sudah tidak tahan dengan pola pengaturan keuangan yang tertutup, muncullah uneg-uneg setengah protes :

“Mas, sebenarnya uangmu itu ada berapa ? Gajimu berapa ? Selama ini uangmu dipakai untuk apa saja ?”, tanya istri dengan ekspresi kesal bercampur curiga.

Mungkin karena sebagai istri, dia merasa ada sesuatu yang kurang dari segi finansial, sementara perasaan saya sebagai suami, merasa sudah memberikan uang dalam jumlah cukup. Mendapat berondongan pertanyaan seperti itu, terus terang saya sangat terkejut dan tidak menyangka sama sekali. Untunglah bahwa saat itu usia kami sudah cukup dewasa dan semuanya dapat mengendalikan emosi.

Yang kami lakukan selanjutnya adalah melakukan diskusi agar didapatkan jalan keluar terbaik. Pada prinsipnya ternyata istri menginginkan agar dapat mengetahui pemasukan dan pengeluaran uang. Oleh karena itu, kami kemudian sepakat untuk mencari cara terbaik agar keinginan tersebut dapat terlaksana. Inilah yang kemudian menjadi tonggak bersejarah bagi kami dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Apa itu ?

Pengaturan Keuangan Rumah Tangga

Kami membuka rekening tabungan baru untuk istri (disebut disini rekening istri) dan satu lagi untuk saya (rekening suami), sebagai tambahan dari rekening tabungan yang telah ada saat itu (rekening gaji).

Rekening istri dipergunakan untuk menampung “jatah” istri untuk keperluan rumah tangga seperti : sayur mayur, lauk pauk, susu anak dan kebutuhan wajar lainnya untuk istri. Saya bersyukur, meskipun ada fasilitas kartu kredit, istri saya mampu menahan diri untuk tidak membeli barang yang memang belum saatnya membeli. Kebetulan kami memang tidak punya hobi jalan-jalan ke mall. Untuk rekening suami, saya pergunakan untuk operasional sehari-hari seperti : bensin, makan siang, dll.

Kami juga telah sepakat bahwa : jika sudah masuk ke rekening istri, saya tidak perlu tahu dan mencampuri urusan penggunaan uang istri. Istri juga tidak akan menanyakan jatah pribadi saya dipakai untuk apa saja.

Berapa besarnya “jatah” untuk masing-masing ? Nah itulah yang harus didiskusikan dengan istri menyesuaikan dengan pemasukan / gaji yang diterima. 10 tahun yang lalu, saat masih menjadi supervisor, saya cukup mendapat jatah Rp. 500.000,- per bulan, karena kondisi pemasukan yang masih minim, tanggungan memiliki bayi dan gaya hidup yang memang masih memungkinkan. Kalau sekarang berapa ? Rahasia.

Rekening gaji adalah rekening penampungan seluruh pemasukan keluarga. Saya sepakat dengan istri, jika akan menggunakan uang di rekening gaji harus memberitahukan terlebih dahulu. Rekening gaji juga dipergunakan untuk otodebet pengeluaran rutin, seperti pembayaran dan tagihan rutin : listrik, handphone, kartu kredit serta tagihan rutin lainnya.

Ini juga yang mungkin berbeda antara saya dan kebanyakan orang lain. Saya tidak suka repot antri hanya sekedar untuk membayar tagihan. Seluruh tagihan saya percayakan kepada Bank dengan sistem otodebet. Termasuk tagihan kartu kredit ! Saya tidak suka menunda pembayaran tagihan kartu kredit, sehingga telah menguasakan kepada Bank untuk membayar full amount tagihan kartu kredit saya dengan cara otodebet dari rekening gaji. Kalaupun ada penggunaan yang besar, saya akan menghubungi call center kartu kredit untuk dapat mencicilnya, karena bunganya jauh lebih murah.

Bagaimana caranya agar pengelolaan keuangan menjadi terbuka ? Nomor HP istri (a/n saya) saya daftarkan untuk bisa melakukan transaksi rekening gaji dengan menggunakan fasilitas SMS Banking. Oleh karena itu, istri dapat dengan mudah mengecek saldo dan historical transaction melalui HP. Sedangkan kartu ATM rekening gaji saya pegang untuk keperluan mendadak. Biasanya saya mempergunakan mobile banking untuk melakukan transfer ke rekening saya dan istri setiap gajian.

Oh ya, di perbankan besar saat ini sudah ada feature “Notifikasi SMS” yaitu feature yang secara otomatis menginformasikan melalui SMS ke nomor HP yang didaftarkan, jika terjadi mutasi debet atau kredit di rekening tabungan di atas batas / treshold tertentu. Misalnya adalah : jika saya mendaftarkan feature SMS Notifikasi dengan treshold Rp. 500.000,- maka apabila ada mutasi debet / kredit di atas Rp. 500.000,- secara otomatis akan menginformasikan ke Nomor HP yang didaftarkan.

Feature notifikasi SMS ini membuat kami semakin terbuka dalam pengelolaan rumah tangga. Kenapa ? HP istri, saya daftarkan kembali untuk mendapatkan notifikasi SMS dari rekening gaji. Jadi jika ada gaji masuk, justru istri saya tahu terlebih dahulu di HPnya. Feature itu juga secara otomatis akan membatasi saya untuk menggunakan kartu ATM rekening gaji yang saya pegang, karena jika saya transaksi di atas limit treshold, pasti akan ketahuan istri.

Perencanaan keuangan selanjutnya

Saya punya obsesi agar pada saat nanti pensiun saya benar-benar berhenti bekerja lagi untuk menikmati pensiun. Oleh karena itu sejak awal saya sudah merencanakan segala sesuatunya dengan cara sbb. :

1. Mengikuti BNI Simponi sejak awal.

Saya telah menyisihkan sebagian gaji untuk menambah uang pensiun melalui BNI Simponi, meskipun sebenarnya saya telah mendapatkan jaminan pensiun dari perusahaan. Jadi, nantinya saya dapat pensiun dobel bahkan triple, karena ada pula jaminan hari tua dari Jamsostek.

Saya telah menghitung, pengembangan (bunga) di rekening program pensiun saya saat ini lebih dari 7% dan tanpa pajak. Padahal bunga spesial deposito (jika saya mempunyai uang lebih dari Rp. 5 Milyar) saat ini paling hanya 5,5% – 6,00%. Karena saya sudah mengikuti program pensiun suka rela ini sejak tahun 1996, maka – seperti Robert T Kiyosaki bilang- saat ini saya bukan lagi bekerja untuk menabung, tetapi rekening tabungan pensiun saya itu sudah dapat dikatakan bekerja untuk saya. Jika ingin mengetahui informasi lebih detail mengenai BNI Simponi, dapat mengikuti tautan ini 

2. Perencanaan Biaya Sekolah Anak

Jauh sebelum perbankan memiliki Tabungan Perencanaan atau asuransi untuk Sekolah Anak, pada saat anak pertama lahir, saya langsung membuka rekening baru untuk mempersiapkan biaya kuliahnya nanti. Setiap bulan setelah gajian, saya menyisihkan sebagian gaji untuk anak.

Saat ini, di BNI telah ada tabungan perencanaan BNI Tapenas. Sebaiknya Anda mengikuti program tersebut, karena tentunya bunganya juga lebih menarik dibandingkan tabungan biasa. Hanya saja tetap dikenakan pajak dan tidak bisa dicairkan sewaktu-waktu.

3. Perencanaan perjalanan ibadah

Saya ingin agar pada saatnya dapat pergi haji mengunjungi Baitullah dengan istri. Untuk keperluan tersebut kami telah membuka rekening BNI Haji.

—-

Dengan kecanggihan teknologi perbankan saat ini, semua perencanaan keuangan saya di atas, saya lakukan di atas tanpa perlu setor manual setiap bulannya. Semuanya bisa dilayani oleh BNI dengan cara otodebet dari rekening gaji.

Saya punya cita-cita sederhana, selain tidak ingin bekerja lagi setelah pensiun, pada saat pensiun nanti setiap bulan sekali saya ingin jalan-jalan ke seluruh obyek wisata di Indonesia. Oleh karena itu, semua biaya yang besar dan mungkin saya keluarkan pada saat pensiun nanti, saya rencanakan sejak awal.

Setelah +/- 17 tahun bekerja, saya dapat memiliki rumah mungil di Denpasar dan Jogja, mobil seadanya serta tabungan yang cukup. Yang paling membahagiakan adalah memiliki keluarga yang harmonis. Kenapa ? Karena dengan pengaturan keuangan rumah tangga yang terbuka dan perencanaan keuangan yang baik, kepercayaan suami dan istri menjadi terjaga dan mencegah kami melakukan pengeluaran yang mubazir.(Kecuali rekening suami dan istri), tidak ada satupun harta dan kekayaaan yang saya miliki saat ini yang tidak diketahui istri dan sebaliknya. Tetapi justru itu yang membuat kami nyaman dan saling percaya.

Merasakan yang telah saya lalui saat ini, minimal saat ini saya telah tenang. Saya sudah setengah bisa membuktikan bahwa untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dan sejahtera di masa pensiun tidak harus memiliki gaji besar.

Memang, saya menyadari bahwa apa yang telah saya rencanakan seperti di atas, tetap masih ada kemungkinan akan gagal. Namun ada pertanyaan mendasar : Bagaimana jika tidak ada perencanaan sama sekali ? Apakah ada dan siapa yang mau memikirkan saya nanti pada saat saya pensiun ? Bukankah hanya “saya saat ini” yang dapat merencanakan mau jadi seperti apa “saya nanti” ?

Apakah Anda juga ingin harmonis dalam berumah tangga dan sejahtera di masa pensiun nanti ? Atur dan rencanakan dari sekarang mumpung masih ada kesempatan. Jika berminat merencanakan keuangan rumah tangga menjadi lebih baik,  baca artikel berikut (klik).

Kategori:Pengalaman, Pensiun
  1. 13 Juli 2011 pukul 22:33

    wah makasih pak.. smg bisa tekuni jg…

  2. 25 Oktober 2011 pukul 07:07

    artikel yang sangat menarik bagi keluarga muda seperti saya ini pak 🙂
    terima kasih pak

  3. Srik Spoon
    1 Desember 2011 pukul 18:44

    setujuu 100% pak, jadi ada bayangan dikit bagaimana mengatur keuangan saat berkeluarga. Nanti sebelum naik pelaminan sy ajukan dulu proposal perencanaan keuangan spt ini pada calon suami saya pak klo disetujui baru nikah hehehheheh By the way 9 tahun pacaran pak proook…..proook….proook (applause)

    • 1 Desember 2011 pukul 21:22

      Iya … 9 tahun pacaran … kebetulan hanya cewek yang saat ini jadi istriku yang mau pacaran sama aku. Dulu nggak ada cewek yang mau melirik aku … bukan potongan pemuda ideal, nggak ada modal … karena sejak SMP hingga kuliah hanya punya sepeda onthel …

  4. f474r
    8 Desember 2011 pukul 19:03

    wah sangat bagus perlu di teladani .

  5. Desawarna
    11 Februari 2012 pukul 10:34

    Alhamdulillah dapat istri soleha yang setia selalu bersama dan saling mengarahkan kebaikan

    Jadi pingin segera menikah 🙂

  6. laura
    27 Februari 2012 pukul 15:03

    artikel bapak sangat memotivasi sekali…semoga menjadi pembelajaran berharga bagi keluarga kecilku

  7. Komat Kamit Komet
    20 Mei 2012 pukul 23:14

    Kayaknya cerita diatas sbg promosi cari nasabah BNI, hahaah… Tapi infonya sangat bermanfaat. Thanks.

    • 21 Mei 2012 pukul 16:52

      Itu 10%, yang 90% maksud artikel saya sebenarnya adalah untuk berbagi informasi mengenai Perencanaan Keuangan Rumah Tangga, yang tidak diajarkan di rumah, sekolah maupun lingkungan sosial kita. Padahal itu adalah hal pertama yang harus dikuasai dan dimengerti oleh setiap keluarga. Nah, kebetulan BNI bisa memberikan semua “wadahnya”. Trims

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar